Minggu, 27 Oktober 2013

SEBELAS HIJAB MENUJU ALLAH (Yang Harus Diungkap)



Ada sebelas hijab yang harus diungkap oleh seorang muslim untuk dapat menuju Tuhannya dengan benar. Al-Hujwiri, sufi dari Persia, mengungkapkan dalam kitab Kasyful ahjub demikian :
Pertama, hijab ma’rifat.
Adalah kehidupan hati melalui pengetahuan tentang Allah, dan pengabaian bathin manusia dari semua yang bukan Allah. Nilai seseorang manusia terletak pada ma’rifatnya, dan orang yang tidak memiliki ma’rifat tidak memiliki nilai apa-apa. Syeikh sufi menyebut perasaan yang benar (haq) dengan nama ma’rifat. Oleh karena itu, mereka mengatakan bahwa ma’rifat lebih utama dari ilmu, karena perasaan yang benar mengakibatkan penalaran yang benar.
Kedua, hijab tauhid.
Al-Hujwiri membagi dalam tiga bagian,
a.    Ketauhidan Allah oleh Allah, yaitu pengetahuan-Nya dan ketauhidan-Nya.
b.    Ketauhidan Allah oleh Makhluq-Nya, yaitu ketetapan bahwa setiap makhluk harus mengatakan bahwa Dia Maha Esa, dan penegasan tauhid dalam hatinya.
c.    Ketauhidan Allah oleh Manusia, yakni pengetahuan manusia mengenai keesaan Allah.
Ketiga, hijab Iman.
Al-Hujwiri berpendapat bahwa iman mempunyai pokok dan cabang. Pokok yang dimaksudkan disini adalah pembenaran dalam hati, dan cabangnya adalah taat kepada perintah-perintah Illahi.
 Keempat, hijab bersuci.
Bersuci secara lahir dan bathin. Dengan demikian, shalat memerlukan penyucian badan (wudlu, tayamum, mandi), dan ma’rifat memerlukan penyucian hati. Ketika dalam kasus pertama air harus suci, dalam kasus kedua tauhid juga harus suci dari keyakinannya yang kotor.
Kelima, hijab shalat.
Shalat adalah sebuah istilah di mana murid mendapatkan seluruh jalan menuju Allah, dari awal hingga akhir, dan dimana maqamnya disingkapkan. Dengan demikian, bagi setiap murid, penyucian berbentuk pertaubatan. Ketergantungan kepada mursyid menempati posisi menghadap kiblat. Berdiri dalam shalat mengandung mujahadah. Membaca Al-Qur’an menempati posisi dzikir di dalam hati. Menundukkan kepala menempati posisi kerendahan hati. Sujud menempati posisi pengetahuan akan diri. Pernyataan iman menempati kedekatan (uns). Dan salam menempati posisi lepas dari dunia dan bebas dari perbudakan maqam.
Ketika Rasulullah saw terbebas dari semua perasaan kesenangan dalam kekaguman total. Beliau biasa bersabda : “Wahai Bilal, senangkan kami dengan seruan adzan-mu untuk shalat”.
Keenam, hijab zakat.
Zakat benar-benar merupakan ungkapan syukur atas keuntungan yang diperoleh, rasa terima kasih yang sama bentuknya dengan keuntungan tersebut. Ketika seseorang tahu bahwa nikmat tersebut diberikan kepadanya oleh Allah secara tidak terbatas, ia harus mengungkapkan syukur yang tidak terbatas pula dengan cara zakat.
Ketujuh, hijab puasa.
Lapar menguatkan kecerdasan dan memperbaiki pikiran serta kesehatan. Rasulullah saw bersabda ; “Jadikan perutmu lapar dan hatimu haus serta badanmu lemah, kalau-kalau hatimu “melihat” Allah di dunia ini “ meski lapar adalah penderitaan bagi jasad, pada hakikatnya lapar mencerahkan hati dan menyucikan jiwa, dan membimbing ruh kepada kehadliran Allah.
Kedelapan, hijab haji.
Haji adalah mujahadah (usaha yang sungguh-sungguh) untuk mendapatkan musyahadah (penyaksian atas kebenaran Allah), dan mujahadah tidak menjadikan sebab langsung musyahadah, melainkan hanya sarana untuk menuju kepada-Nya. Dengan demikian karena sarana tidak mempunyai efek langsung pada realitas segala sesuatu, tujuan hakiki haji bukanlah mengunjungi ka’bah, melainkan mendapatkan musyahadah-Nya.
Kesembilan, hijab persahabatan, aturan, dan prinsipnya.
Yakni akhlak yang baik dalam melaksanakan kebajikan (muruah), dalam agama melaksanakan sunnah Rasul, dan dalam cinta menghormati (hurmah). Tiga kategori ini saling berhubungan. Karena, barang siapa tidak memiliki kebajikan berarti tidak mematuhi sunnah Rasul, dan barang siapa gagal mematuhi sunnah Rasul berarti tidak melaksanakan kewajiban menghormati.
Kesepuluh, hijab ungkapan dan istilah-istilah teknis sufi.
Istilah sufi adalah kata yang digunakan untuk menyatakan penggunaan kata dan pernyataan yang maknanya hanya diketahui kaum sufi. Ia memiliki tujuan ganda. Pertama untuk memudahkan pemahaman terhadap kesulitan-kesulitan dan membuatnya lebih bisa dipahami oleh para pemula. Kedua, untuk menyembunyikan misteri-misteri pengetahuan tersebut dari kalangan yang bukan dari kalangan tasawuf.
Kesebelas, hijab sama’ (pendengaran)
Sama’ yang paling bermanfaat bagi pikiran dan yang paling menyenangkan bagi telinga adalah pendengaran akan kalam Illahi, di mana semua orang beriman dan yang tidak beriman, manusia dan jin, sama diperintahkan untuk mendengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar